Selasa, 29 November 2011

Hazard

Objek : Penjual Sate



1.  Daftar kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya pekerjaan

Jenis Bahaya

Risiko
Konsekuensi
Faktor fisik
        §  Pencahayaan yang kurang


§      Suhu panas



§      Visual acut


§      Biang keringat, Dehidrasi


§      Sakit kepala,
§      Kelelahan.

Faktor Biologis
  §      Bakteri
§      Virus
 §      Jamur

§      Infeksi
§      Infeksi
§      Infeksi

Penyakit seperti biang keringat, flu
Faktor ergonomic
§  Berdiri terlalu lama pada saat





§    Musculoskeletal

§    Musculoskeletal
§    Somatopsikis


Varises.
Faktor Psikososial
        §  Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.


§      Stress

§      Stress




§     Mialgia, loss concentration.
§     Pusing

§     Lemah, palpitasi, pingsan.




2. Bentuk analisa semikualitatif

Tingkat Keparahan
Kemungkinan Terjadi
Jarang Terjadi

(1)
Kurang mungkin terjadi (2)
Mungkin terjadi
(3)
Sangat Mungkin terjadi (4)
Hampir Pasti terjadi
(5)
(1)
Tidak ada pengaruh





(2)
Pengaruh sangat ringan
§  Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
 (2)




(3)
Pengaruh ringan


§ Pencahayaan yang kurang
§  Suhu panas
(6)

§    Berdiri terlalu lama.

(4)
Pengaruh serius



            § Virus
            § Bakteri
            § Jamur
(16)

(5)
Pengaruh fatal







3. Evaluasi Resiko

Dari tabel analisa semikualitatif ditentukan prioritas risiko sebagai berikut:

NO.
HAZARD
SKOR
TAFSIRAN
1.
                §     Virus, bakteri, jamur
16
§   Sangat mungkin terjadi
§   Pengaruh serius
2.
     §    Berdiri membungkuk terlalu lama pada saat membekam.

15
§   Hampir pasti terjadi
§   Pengaruh ringan
3
                §     Pencahayaan yang kuran
                §     Suhu panas
6
§   Mungkin terjadi
§   Pengaruh ringan
4
Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
2
§   Jarang terjadi
§   Pengaruh sangat ringan



4. Pengendalian Resiko

NO.
HAZARD
PENGENDALIAN
1.
§     Virus, bakteri jamur
§   Peralatan harus disterilisasi dengan sempurna.
.
§   Wajib memakai sarung tangan dan masker.
2.
           §    Berdiri terlalu lama
§   Wajib ada kursi duduk untuk juru bekam.
§   Relaksasi jari-jari tangan, pergelangan tangan dan seluruh tubuh secara berkala misalnya setiap 30 menit.
3
      §     Pencahayaan yang kurang
                   §     Suhu panas
§   Dipasang lampu listrik yang memadai.
§   Minimal harus ada kipas angin.
4
Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
§   selalu ada jadwal istirahat atau relaksasi setiap 30 menit selama 5 menit.

Selasa, 15 November 2011

BANJIR / FLOOD

INDONESIA memang merupakan salah satu negara langganan banjir, apalagi JAKARTA. Rasanya ada yang mengganjal di hati jika satu bulan saja ibukota negara kita itu tidak dilanda banjir #eh. Bukannya menjelek-jelekkan negara sendiri, tetapi itulah masalah lingkungan yang paling sering dihadapi oleh masyarakat Jakarta. Pemerintah sudah sering melakukan upaya-upaya untuk mencegah banjir, bukan hanya di Jakarta saja, tetapi juga di daerah-daerah lain yang rawan banjir. Walaupun begitu, sebenarnya usaha pemerintah tersebut hanya berhasil 20% saja dari keseluruhan solusi, 80% lainnya haruslah berasal dari masyarakat itu sendiri. Namun mengingat karakter bangsa kita yang BEBAL, TIDAK MAU TAHU, dan MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI, maka Indonesia seakan-akan ingin mendapatkan predikat sebagai NEGERI BANJIR. Malu kawan, malu!!! Ya sudahlah, kita sebagai orang-orang Indonesia yang sadar akan lingkungannya lebih baik terus berusaha for the greater good, okay?


Di antara semua banjir di Indonesia, ada satu peristiwa banjir yang menarik perhatian saya selama 5 tahun terakhir, yaitu BANJIR JAKARTA 2007.

Kata temen saya yang kebetulan dijulukin WIKIPEDIA BERJALAN, Banjir Jakarta 2007 itu adalah bencana banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada 1 Februari 2007, malam hari. Kebayang gak, di saat semua orang lagi pada tidur tiba-tiba terjadi bencana, ngeri banget. Untung aja nggak bencana tsunami, karena itu sebelum tidur saya selalu berdoa meminta perlindungan dari Tuhan sepanjang istirahat saya, hehehe. Kembali ke laptop, bencana banjir ini mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam #wah hingga kedalaman 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik BMG bilang kalo hujan malam itu mencapai rata-rata 235mm, sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen. Dalam bencana banjir ini, dikatakan oleh berita, …sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis di Jakarta mencapai 4,3 triliun rupiah.  Berdasarkan informasi yang saya dapat dari internet dan berbagai sumber lainnya, sebab utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi, dan musim hujan Indonesia mulai bulan Desember dan berakhir pada Maret 2007. Pada saat itu, intensitas hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari dengan intensitas terbesar di akhir bulan.

Seluruh aktivitas di kawasan tergenang lumpuh. Jaringan komunikasi juga terganggu serta listrik yang padam di sejumlah daerah. Puluhan ribu warga dan daerah sekitarnya terpaksa mengungi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Meraka gak bisa nyelamatin diri karena regu penolong yang gak datang-datang juga. Setelah kejadian banjir, penyakit infeksi aluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk. Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah dan leptospirosis sebagai akibat genangan air air pasca banjir. Untuk mengetahui peristiwa lengkap silahkan temen-temen cari di Wikipedia.

Nah, saya membuat postingan ini bukan cuma untuk ngasih tau sama temen-temen tentang banjirnya doing *kalo itu sih anak TK juga bisa*. Saya juga ingin memberitahukan kepada temen-temen bagaimana solusi yang terbaik untuk bencana banjir berdasarkan pandangan subjektif saya J. Dalam penyelesaian masalah, saya biasanya menggunakan empat alternatif *cara yang sama dengan guru pembimbing saya* yaitu preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (perbaikan), dan promotif (anjuran + fasilitas). Kalo diliat dari kejadian di atas, sebelumnya saya akan melakukan pencegahan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan *simpel banget kan*, tetapi kebanyakan orang Jakarta dan MANUSIA MODERN lainnya kurang peduli dengan lingkungan mereka. Padahal kalo mereka mau respect sama lingkungan toh mereka juga yang mendapatkan kebaikannya ‘kan? Banyak dari mereka yang membuang sampah ke sungai dan waduk yang ada di Jakarta, sehingga pada saat hujan deras, air di dalam sungai dan waduk itu akhirnya membludak keluar dan membanjiri tempat tinggal mereka. Menurut saya, cara preventif merupakan yang paling baik dari keempat cara karena dilakukan sebelum hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi, selain itu pencegahan juga minim korban, minim kerusakan, dan minim biaya.

Cara kedua adalah dengan mengobati. Memang, cara ini dengan terpaksa dilakukan ketika banjir atau bencana lingkungan lainnya sudah terjadi -_-“. Banjir dapat diatasi dengan cara mengevakuasi penduduk yang terekena banjir, menurut saya sih hanya ini yang bisa dilakukan. Pemerintaha atau pihak yang bersangkutan bisa memindahkan penduduk ke tempat yang lebih aman atau lebih tinggi. Cara kuratif juga dapat dilakukan dengan mengirim regu penolong. Sebagai info tambahan, saya ingin memberitahu kalo permukaan tanah Jakarta itu berbentuk CEKUNG atau MENJOROK KE DALAM dibanding dengan daerah sekitar. Karena itu jika misalnya Bogor mengalami hujan, maka air hujan tersebut akan turun ke wilayah Jakarta sehingga menyebabkan banjir *begitulah kira-kira kalo dijelaskan secara sederhana*. Selanjutnya ada cara rehabilitatif (perbaikan). Karena banjir pada umumnya berakibat gangguan komunikasi dan listrik serta lalu lintas, maka dapat segera dilakukan upaya perbaikan jaringan komunikasi dan jalur darurat bagi kendaraan, untuk menghindari kemacetan lalu lintas.

Yang terakhir ada cara promotif, yaitu dengan memberikan anjuran atau fasilitas, alternatif ini memang agak mirip dengan preventif, namun perbedaan terletak di mana pada cara ini, kita tidak berperan langsung dalam pencegahan, melainkan melalui perantara seperti iklan, nasihat, spanduk, dan pemberitahuan mengenai bahaya banjir dan cara pencegahannya. Sedangkan untuk fasilitas, penata kota bisa menyediakan taman dan tong sampah di setiap tempat yang sudah diklasifikasikan menjadi ORGANIK, ANORGANIK, dan KERTAS, sehingga mencegah pembuangan sampah sembarangan dan mempermudah pemisahan sampah.

Saya rasa sekian saja. TERIMA KASIH!!

sumber: Wikipedia